Minggu, 15 Februari 2015

Biografi Mario Teguh

Biografi Mario Teguh


Biografi Mario Teguh. Siapa yang tidak kenal Mario Teguh. Motivator terkenal ini sangat dikenal oleh masyarakat melalui acaranya yang berjudul "Mario Teguh Golden Ways" yang ditayangkan di Metro TV. Mario Teguh dilahirkan di Makassar, 5 Maret 1956 adalah seorang muslim yang menjadi motivator nasional dan konsultan asal Indonesia. Nama aslinya adalah Sis Maryono Teguh, namun saat tampil di depan publik, ia menggunakan nama Mario Teguh. Ia meraih gelar Sarjana Pendidikan dari Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Malang. Mario Teguh sempat bekerja di Citibank, kemudian mendirikan Bussiness Effectiveness Consultant, Exnal Corp. menjabat sebagai CEO (Chief Executive Officer) dan Senior Consultan. Beliau juga membentuk komunnitas Mario Teguh Super Club (MTSC).

Sis Maryono Teguh atau Mario masuk sekolah di Jurusan Arsitektur New Trier West High (setingkat SMA) di Chicago, Amerika Serikat, 1975. kemudian ia kembali ke indonesia dan mengambil Jurusan Linguistik dan Pendidikan Bahasa Inggris, Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Malang kemudian ia ke Jepang dan kuliah di Jurusan International Business, Sophia University, Tokyo, Jepang setelah itu ke Amerika dan kuliah di Jurusan Operations Systems, Indiana University, Amerika Serikat, 1983 (MBA) ia membekali dirinya dengan banyak ilmu yang berbeda.

Setelah itu Mario Teguh kemudian berkerja di Citibank Indonesia pada tahun 1983 hingga tahun 1986 dengan posisi sebagai Head of Sales. Dari Citibank ia kemudian berkerja di BSB Bank sebagai Manager Business Development hingga tahun 1989. Kemudian pada tahun 1990, ia kemudian bererja di Aspac Bank sebagai Vice President Marketing & Organization Development hingga tahun 1994, dan setelah itu ia kemudian berkerja di Exnal Corp Jakarta sampai sekarang sebagai CEO, Senior Consultant, dimana spesialisasinya adalah Business Effectiveness Consultant.



Tahun 2010 kembali meraih penghargaan dari Museum Rekor Indonesia, MURI, sebagai Motivator dengan Facebook Fans terbesar di dunia. Di awal tahun 2010, Beliau terpilih sebagai satu dari 8 Tokoh Perubahan 2009 versi Republika surat kabar yang terbit di Jakarta. Sebelumnya Beliau membawakan acara bertajuk Business Art di O'Channel. Kemudian namanya semakin dikenal luas oleh masyarakat ketika ia membawakan acara Mario Teguh Golden Ways di Metro TV. Pada saat ini Mario Teguh dikenal sebagai salah satu motivator termahal di Indonesia. Di tahun 2003 mendapat penghargaan dari Museum Rekor Indonesia, MURI, sebagai penyelenggara seminar berhadiah mobil pertama di Indonesia.

BUKU KARANGAN MARIO TEGUH
  • Becoming a Star (2006)
  • One Million Second Chances (2006) Biodata
PRESTASI MARIO TEGUH DI TAHUN 2010
  • Meraih penghargaan dari Museum Rekor Indonesia, MURI, sebagai Motivator dengan Facebook Fans terbesar di dunia.
  • Terpilih sebagai satu dari 8 Tokoh Perubahan 2009 versi Republika surat kabar yang terbit di Jakarta.

Berdirinya Pondok Pesantren SUNDRA (sunan drajat)


Pondok Pesantren Sunan Drajat

Pondok Pesantren Sunan Drajat
Didirikan
7 September 1977
Jenis
Pondok Pesantren
Pengasuh
Lokasi
Jl. Raden Qosim Pondok Pesantren Sunan Drajat, Banjaranyar,Paciran, Lamongan,
Situs web
Pondok Pesantren Sunan Drajat didirikan pada tanggal 7 September 1977 di desa Banjarwati Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan oleh KH. Abdul Ghofur. Menilik dari namanya pondok pesantren ini memang mempunyai ikatan historis, psikologis, dan filosofis yang sangat lekat dengan nama Kanjeng Sunan Drajat, bahkan secara geografis bangunan pondok tepat berada di atas reruntuhan pondok pesantren peninggalan Sunan Drajat yang sempat menghilang dari percaturan dunia Islam di Jawa selama beberapa ratus tahun.

Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Sunan Drajat

Asrama Putra Pondok Pesantren Sunan Drajat yang baru selesai di bangun.
Pondok Pesantren Sunan Drajat adalah salah satu pondok pesantren yang memiliki nilai historis yang amat panjang karena keberadaan pesantren ini tak lepas dari nama yang disandangnya, yakni Sunan Drajat. Sunan Drajat adalah julukan dari Raden Qosim putra kedua pasangan Raden Ali Rahmatullah (Sunan Ampel) dengan Nyi Ageng Manila (Putri Adipati Tuban Arya Teja). Dia juga memiliki nama Syarifuddin atau Masih Ma’unat.
Perjuangan Sunan Drajat di Banjaranyar dimulai tatkala dia diutus ayahandanya untuk membantu perjuangan Mbah Banjar dan Mbah Mayang Madu guna mengembangkan syiar Islam didaerah pesisir pantai utara Kabupaten Lamongan saat ini.
Pada tahun 1440-an ada seorang pelaut muslim asal Banjar yang mengalami musibah di pesisir pantai utara, kapal yang ditumpanginya pecah terbentur karang dan karam di laut. Adapun Sang Pelaut Banjar terdampar di tepian pantai Jelaq dan ditolong oleh Mbah Mayang Madu penguasa kampung Jelaq pada saat itu.
Melihat kondisi masyarakat Jelaq yang telah terseret sedemikian jauh dalam kesesatan, Sang Pelaut muslim itu pun terketuk hatinya untuk menegakkan sendi-sendi agama Allah. Dia pun mulai berdakwah dan mensyiarkan ajaran Islam kepada penduduk Jelaq dan sekitarnya. Lambat-laun perjuangan Sang Pelaut yang kemudian hari lebih dikenal dengan Mbah Banjar, mulai membuahkan hasil. Apa lagi bersamaan dengan itu Mbah Mayang Madu pun turut menyatakan diri masuk Islam dan menjadi penyokong utama perjuangan Mbah Banjar.
ada suatu hari, Mbah Banjar dan Mbah Mayang Madu berkeinginan untuk mendirikan tempat pengajaran dan pendidikan agama agar syiar Islam semakin berkembang, namun mereka menemui kendala dikarenakan masih kurangnya tenaga edukatif yang mumpuni di bidang ilmu diniyah. Akhirnya mereka pun sepakat untuk sowan menghadap Kanjeng Sunan Ampel di Ampeldenta Surabaya. Gayung pun bersambut Kanjeng Sunan Ampel memberikan restu dengan mengutus putranya Raden Qosim untuk turut serta membantu perjuangan kedua tokoh tersebut. Akhirnya Raden Qosim mendirikan Pondok Pesantren di suatu petak tanah yang terletak di areal Pondok Pesantren putri Sunan Drajat saat ini.
Dia pun mengatakan bahwa barang siapa yang mau belajar mendalami ilmu agama di tempat tersebut, semoga Allah menjadikannya manusia yang memiliki derajat luhur. Karena do’a Raden Qosim inilah para pencari ilmu pun berbondong-bondong belajar di tempat dia dan Raden Qosim pun mendapat gelar Sunan Drajat. Sementara itu untuk mengenang perjuangan Mbah Banjar, maka dusun yang sebelumnya bernama kampung Jelaq, dirubah namanya menjadi Banjaranyar untuk mengabadikan nama Mbah Banjar dan anyar sebagai suasana baru di bawah sinar petunjuk Islam.
Sunan Drajat yang merupakan putra sunan ampel menjadi tokoh sentral dalam penyebaran agama Islam yang ada di wilayah Lamongan. Raden Qosim atau Sunan Drajat mendirikan pondok pesantren di suatu petak tanah, terletak di areal Pondok Pesantren Putri Sunan Drajat saat ini. Dia pun mengatakan bahwa barang siapa yang mau belajar mendalami ilmu agama di tempat tersebut, semoga Allah menjadikannya manusia yang memiliki derajat luhur. Karena do’a Raden Qosim inilah para pencari ilmu pun berbondong-bondong belajar di tempat dia dan Raden Qosim pun mendapat gelar Sunan Drajat.
Setelah beberapa lama dia berdakwah di Banjaranyar, maka Raden Qosim mengembangkan daerah dakwahnya dengan mendirikan masjid dan pondok pesantren yang baru di kampung Sentono. Dia berjuang hingga akhir hayatnya dan dimakamkan di belakang masjid tersebut. Kampung di mana dia mendirikan masjid dan pondok pesantren itu akhirnya dinamakan pula sebagai Desa Drajat. Sepeninggalan Sunan Drajat, tongkat estafet perjuangan dilanjutkan oleh anak cucu dia. Namun seiring dengan perjalanan waktu yang cukup panjang kebesaran nama Pondok Pesantren Sunan Drajat pun semakin pudar dan akhirnya lenyap ditelan masa. Saat itu hanyalah tinggal sumur tua yang tertimbun tanah dan pondasi bekas langgar yang tersisa. Kemaksiatan dan perjudian merajalela di sekitar wilayah Banjaranyar dan sekitarnya, bahkan areal di mana Raden Qosim mendirikan Pondok Pesantren di Banjaranyar saat itu berubah menjadi tempat pemujaan.
Setelah mengalami proses kemunduran, bahkan sempat menghilang dari percaturan dunia Islam di Pulau Jawa, pada akhirnya Pondok Pesantren Sunan Drajat kembali menata diri dan menatap masa depannya dengan rasa optimis dan tekat yang kuat. Hal ini bermula dari upaya yang dilakukan oleh anak cucu Sunan Drajat yang bercita-cita untuk melanjutkan perjuangan Sunan Drajat di Banjaranyar. Keadaan itu pun berangsur-angsur pulih kembali saat di tempat yang sama didirikan Pondok Pesantren Sunan Drajat oleh KH. Abdul Ghofur yang masih termasuk salah seorang keturunan Sunan Drajat pada tahun 1977 yang bertujuan untuk melanjutkan perjuangan wali songo dalam mengagungkan syiar agama Allah di muka bumi.
Munculnya kembali Pondok Pesantren Sunan Drajat saat ini tentu tidak terlepas dari perjalanan panjang dan perjuangan anak cucu Sunan Drajat itu sendiri. Sebagai institusi resmi dan legal, Pondok Pesantren Sunan Drajat tentu memiliki persamaan dan perbedaan dengan cikal bakal berdirinya pondok pesantren itu sendiri.
Di sisi lain di dalam Pondok Pesantren Sunan Drajat terdapat pendidikan yang terdiri dari pendidikan formal, non formal dan in formal. Sebagaimana kita ketahui bahwa tidak semua pondok pesantren memiliki pendidikan yang mengajarkan tentang pengetahuan dan keahlian/skill secara intensif terhadap santrinya. Dengan demikian sangat penting bagi seorang akademisi untuk mempelajari kembali ide-ide dasar yang muncul dan menyertai perkembangan Pondok Pesantren Sunan Drajat.

Lembaga Pendidikan

Pondok Pesantren Sunan Drajat sebagai tempat belajar santri, memiliki pola pengajaran pendidikan formal dan non formal. Pendidikan formal antara lain:
Sedangkan Lembaga Pendidikan nonformal antara lain:
Pengajian Kitab Salaf.

PERBEDAAN DAN PERSAMAAN CANDI BOROBUDUR DAN PRAMBANAN


PERBEDAAN & PERSAMAAN CANDI BOROBUDUR DAN PRAMBANAN
Perbedaan
Bentuknya
Borobudur: Lebih gendut. Kalo dilihat dari atas, Borobudur ini bentuknya kayak mandala gitu, kalo dari depan bentuknya seperti stupa. Tau stupa dong ya? Yang bentuknya kayak lonceng gitu. Kebangetan kalo gak tau mah.


Ini namanya Borobudur
Prambanan: Lebih langsing. Bentuknya melengkung kayak sarang lebah gitu, dan ada tingkat-tingkat kecilnya. Jenis arsitektur candi Hindu kuno yang disebut Vesara.


Ini namanya Candi Prambanan
Agamanya
Borobudur: Candi Buddha Mahayana
Prambanan: Candi Hindu
Wangsa/Dinastinya
Borobudur: Sailendra.
Prambanan: Sanjaya
Persamaan
Dibangunnya
Sama-sama pada abad ke 9. Eh apa duluan Borobudur ya? Pokoknya mereka barengan lah kira-kira, karena wangsa Sailendra yang menganut Buddha Mahayana dan Sanjaya yang menganut Hindu itu tetanggaan dan saling bertoleransi. Eh apa mereka saling membangun kedua candi ini untuk saing-saingan ya? Mwahahaha. Gak tahu juga, tapi pokoknya mereka dibangun pada sekitar masa yang sama.

Terbengkalainya
Secara posisinya deketan dan sama-sama di kaki gunung Merapi, jadi pada sekitar abad ke 10 atau 11 gitu, ketika Merapi erupsi dan ada gempa bumi jugak, kontur tanah di sekitar situ berubah sehingga kedua candi ini tertimbun. Selain itu, ketika itu Islam mulai masuk dan memudarkan kedua dinasti ini dari Jawa. Lokasi kedua candi ini pun dimodif sedemikian rupa dalam cerita rakyat agar tidak ada yang berani mendekati. Borobudur misalnya pada masa kesultanan Jogjakarta, dianggap tabu dan tidak boleh didekati karena membawa kutuk. Sementara Prambanan, pada masa kesultanan Mataram dianggap sebagai jelmaan Loro Jongrang yang menolak menikahi Bandung Bondowoso yang sudah bersusah payah membangun ribuan candi dalam semalam untuk si Loro.  Padahal sebetulnya kedua candi ini hanyalah tempat ibadah biasa. Tapi ya gitu deh, politik propaganda, biar gak ada yang kembali ke agama awal lagi. Azek.


Tempat Ibadah
Ya kayak kami bilang tadi diatas, kedua candi ini adalah tempat ibadah dari kedua agama tersebut. Si Prambanan untuk memuja Trimurti (Siwa, Wisnu, Brahma) sedangkan Borobudur menyimbolkan ‘alam’ dalam kosmologi Budhist, yaitu Kamadatu (alam segala keinginan dan hasrat), Rupadatu (alam segala bentuk dan rupa), Arupadatu (Alam niskala, euh apa ya terjemahan bebasnya, dunia maya? Alam tanpa kemelekatan bentuk? Gitu deh pokoknya).  Jadi kalau kamu iseng meratiin reliefnya Borobudur itu sebetulnya ada ceritanya, semacam kitab suci gitu lah. Tapi instead of nulis di daun lontar, mereka memahatnya di batu Andesit. Keren banget!
Yah gitu deh. Jangan sampai salah ya.